Rabu, 23 November 2011

Manfaat Puasa 10 Muharram

Sejarah Kalender Tahun Islam
Kalender Tahun Islam dicetuskan oleh Khalifah Umar Bin Khaththab. Nama hijriyah digunakan karena permulaan kalender Islam dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M.
Bulan pertama dalam kalender Islam atau tahun hijriyah adalah bulan Muharrom. Alasannya karena pada bulan itu banyak hal-hal atau aktivitas yang diharamkan. Misalnya melakukan peperangan atau persengketaan.
Dalam al-Qur’an, kata muharrom disebut dua kali yaitu pada Q.S. al-Baqoroh, 2: 85 dan Q.S. al-An’am, 6: 139.
Perhitungan tahun Hijriyah menggunakan peredaran bulan. Awal munculnya bulan (hilal) dimulai ketika matahari tenggelam di ufuk barat (tiba waktu maghrib). Sehingga awal bulan atau hari menurut Islam adalah tibanya waktu maghrib, bukan pukul 00.00. Bulan dalam bahasa Arab adalah “al-Qomar”, sehingga tahun Hijriyah disebut juga Tahun Qomariyah.
Banyaknya bulan dalam satu tahun ada dua belas seperti termaktub dalam Q.S. at-Taubah, 9: 36. Sedangkan tanggal 1 Muharrom tahun 1 Hijriyah jatuh pada tanggal 16 Juli 622 Masehi.
Menyikapi Pergantian Tahun Hijriyah

Tidak ada dasar yang kuat, baik berupa ayat atau hadits shohih tentang adanya ritual khusus mengenai pergantian tahun Hijriyah. Adanya ritual di kalangan Islam tertentu, seperti membaca do’a akhir dan awal tahun, sholat tasbih, dzikir bersama, mujahadah, dsb adalah amal sholih yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad. Tidak melakukan ritual tersebut tidaklah berdosa. Jika melakukannya hanya semata-mata karena “mumpung” tahun baru, maka termasuk perbuatan sia-sia karena tidak dicontohkan Nabi. Jika melakukannya tanpa ada maksud dikaitkan dengan pergantian tahun Hijriyah maka termasuk melakukan amal sholeh.
Hukum Memberi Ucapan Selamat Tahun Baru Hijriyah
Tidak ada dasar untuk mengucapkan selamat tahun baru hijriyah. Jika seseorang mendapat atau menerima ucapan selamat tahun baru hijriyah, maka katakan, “Semoga Allah memberikan kebaikan kepada anda dan menjadikannya sebagai tahun kebaikan dan barakah." Namun, tidak dibenarkan jika memulai sendiri ucapan tersebut.
Amalan di Bulan Muharrom

Amalan (perbuatan) yang dicontohkan Nabi kaitannya dengan amalan pada bulan Muharrom adalah beliau melakukan puasa sunah. Perlu ditegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw puasa sunah pada bulan Muharrom bukan karena momentum pergantian tahun Islam. Alasannya karena Nabi Muhammad Saw sudah wafat ketika dicetuskan penentuan tahun Islam.
PUASA DI BULAN MUHARROM

Keutamaan Puasa Sunah di Bulan Muharrom
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah Saw, "Puasa yang paling utama setelah ramadlan adalah bulan Muharrom dan shalat yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat malam." (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ahmad)
Puasa Asyuro

Ulama ahlisunnah sepakat bahwa Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk puasa pada hari kesepuluh bulan Muharrom (Asyuro).
"Dari Ibnu Abbas ra bahwasanya Rasulullah Saw puasa di hari Asyura dan beliau memerintahkan untuk berpuasa padanya." (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Keutamaan Puasa Asyuro

Dari Abu Qatadah Al-Anshari ra bahwa beliau Rasulullah Saw ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab, “Menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang lalu." (HR. Muslim)
Dan dalam riwayat lain Rasulullah Saw bersabda, "Puasa Asyura aku harapkan agar menghapus dosa-dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim, Abu Dawud, Al-Baihaqi, Ahmad)

Puasa Tasu’a (hari kesembilan bulan Muharrom)

Melakukan puasa sunah pada hari kesembilan bulan Muharrom adalah perbuatan yang direncanakan oleh Nabi Muhammad namun tidak sempat dilakukan karena Nabi Muhammad lebih dulu wafat.
Para sahabat berkata kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Asyuro' itu hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasroni", maka Rasulullah Saw berkata, "Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim dari Ibnu Abbas).
Puasa Hari Kesebelas Bulan Muharrom
Nabi menganjurkan umatnya untuk puasa hari kesebelas pada bulan Muharrom. Alasannya untuk membedakan dengan kebiasaan Yahudi yang puasa pada hari kesepuluh Muharrom.
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, "Berpuasalah pada hari 'Asyuro dan selisihilah Yahudi, maka puasalah satu hari sebelum dan satu hari sesudahnya." (HR. Ahmad).

Tidak ada komentar: